Mengakhlak-kan mata pelajaran
dan mengintensifkan mata pelajaran
akhlak
pembuka ..................................
Pembahasan
ini kami awali dari adanya kesadaran bahwa Karakter/Akhlak SDM
merupakan aspek penting dari kualitas suatu bangsa, karena dia turut
menentukan kemajuan, harkat dan martabat suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis
bagi pembentukan karakter seseorang. Hal ini dikuatkan oleh peringatan ajaran agama bahwa:
1.
“Allah
membuat perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tenteram, rezeki
datang kepadanya melimpah ruah di semua penjuru, lalu penduduknya mengingkari
nikmat Allah, karena itu lalu Allah membiarkan mereka merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat” (Q.S. An-Nahl:112).
2. 2
“Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik, akarnya kuat menghunjam ke
bumi, (ranting) dan dahannya menjulang ke angkasa; pohon itu terus berbuah
setiap saat (tiada henti) atas izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan seperti
itu agar manusia memperoleh peringatan” (QS Ibrahim 24-26)
3.
Nabi
bersabda: Ketahuilah bahwa dalam diri setiap kalian ada ”mudghoh” (segumpal
daging), jika mudghoh itu bersih maka semua yang ditampilkan oleh orang
tersebut juga bersih (baik), dan jika mudghoh itu rusak maka yang ditampilkan
oleh orang tersebut juga rusak (tidak baik). Ketahuilah bahwa yang disebut
mudghoh itu adalah al-qolb (hati). (Al-Hadist)
Di samping itu di
pertegas pula oleh
1.
Thomas
Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University) mengungkapkan
bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena
dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah:
(1) meningkatnya kekerasan di
kalangan remaja/masyarakat;
(2) penggunaan bahasa dan
kata-kata yang memburuk/tidak baku;
(3) pengaruh peer-group (geng)
dalam tindak kekerasan, menguat;
(4) meningkatnya perilaku
merusak diri, seperti penggunaan narkoba;
alkohol dan seks bebas;
(5) semakin kaburnya pedoman
moral baik dan buruk;
(6) menurunnya etos kerja;
(7) semakin rendahnya rasa
hormat kepada orang tua dan guru;
(8) rendahnya rasa tanggung
jawab individu dan kelompok;
(9) membudayanya
kebohongan/ketidakjujuran, dan
(10) adanya rasa saling curiga
dan kebencian antar sesama.
2. Ajaran budaya kita dalam
istilah ” lahir iku utusane bathin ” mengisyaratkan pada dimensi hukum sebab
dan akibat, artinya bahwa kualitas lahiriah yang
tampak , sangat ditentukan oleh kualitas bathin (Akhlak) –nya.
Menyimak
sebagian nilai-nilai luhur yang ada, yang kita yakini jika kita kelola dengan
sunguh-sungguh, akan menjadi figur yang ”menjadi harapan bangsa”. Dengan
pernyataan ini, maka dilingkungan pendidikan tentunya tidaklah cukup jika hanya
membawa anak bangsa pada posisi
“cerdas” dalam aspek intelektualitasnya,
namun masih perlu dilengkapi dengan kecerdasan “Akhlak”. Fakta
menunjukkan bahwa suatu bangsa yang para
pimpinannya “hanya cerdas dalam aspek inteletualitasnya, namun rendah kualitas akhlaknya”,
hanya akan membaa kehancuran bagi bangsa dan negaranya.
Berbicara
mengenai karakter, Imam Ghozali
menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia
dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Di sini nilai-nilai perilaku
tidak terlepas dari apa yang telah tersimpan dalam memorinya untuk menjadi
perilaku sehari-harinya. Dengan demikian keberadaanya bersumber dari aspek bawaan seseorang yang dibawa sejak lahir, di tambah hasil sensor inderawi atas objek lingkungan yang ditanam dalam memorinya.
Dengan
demikian dimensi lingkungan termasuk lingkungan sekolah memiliki peran penting
dalam pembentukan akhlak generasi muda yang nantinya diperlukan bai kemajuan
bangsa.
Melalui
peran lingkungan sekolah ini, yang konotasinya tidak dapat dilepaskan dari
komponen-komponen temasuk keteladanan, dan aplikasi dari interaksi pembelajaran
yang di dalamnya tercakup subyek guru – peserta didik – dan materi
pembelajaran, dipenuhi dengan upaya menuju nuansa nilai-nilai agama – budi
pekerti.
Dalam
pelaksanaan sehari-hari, tentunya tidak kita pungkiri, bahwa masing-masing mata pelajaran masih berjalan
sendiri-sendiri, dengan lebih menekankan aspek kognitif dan sedikit mengabaikan
aspek afektif berupa nilai-nilai agama dan budi pekerti /karakter yang tersirat
dalam masing-masing mata pelajaran umum. Demikian pula sebaliknya, mta
pelajaran yang bernuansa aspek afektif, seperti Agama – PPKn – dan yang
serumpun lainnya, kurang mengkaitakannya dengan nilai-nilai kognitif – psikomotorok.
Akhirnya,
melalui moment yang berbahagia ini marilah kita merenungkan kembali tentang
pentingnya pembangunan karakter dan mengkarakterkan nilai-nilai agama –budi
pekerti kedalam setiap mata pelajaran.
Sekian,
wassalamu’alaikum
wr. wb.
==========================
Casinos near casinos and sportsbooks - MapyRO
BalasHapusHotels 1 - 12 of 62 — Looking for casinos near me? 세종특별자치 출장마사지 Mapyro has everything you need to know to 구리 출장마사지 find 군산 출장샵 and find the closest casino 밀양 출장안마 to you! 포천 출장샵