Minggu, 02 November 2014

Mengakhlak-kan mata pelajaran dan mengintensifkan mata pelajaran akhlak




Mengakhlak-kan mata pelajaran
dan mengintensifkan mata pelajaran akhlak


pembuka ..................................



            Pembahasan ini kami awali dari adanya kesadaran bahwa Karakter/Akhlak SDM merupakan aspek penting dari kualitas suatu bangsa, karena dia turut menentukan kemajuan, harkat dan martabat  suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Hal ini dikuatkan oleh peringatan ajaran agama bahwa:

1.     “Allah membuat perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah di semua penjuru, lalu penduduknya mengingkari nikmat Allah, karena itu lalu Allah membiarkan mereka merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat (Q.S. An-Nahl:112).

2.    2 Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik, akarnya kuat menghunjam ke bumi, (ranting) dan dahannya menjulang ke angkasa; pohon itu terus berbuah setiap saat (tiada henti) atas izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan seperti itu agar manusia memperoleh peringatan” (QS Ibrahim 24-26)

3.     Nabi bersabda: Ketahuilah bahwa dalam diri setiap kalian ada ”mudghoh” (segumpal daging), jika mudghoh itu bersih maka semua yang ditampilkan oleh orang tersebut juga bersih (baik), dan jika mudghoh itu rusak maka yang ditampilkan oleh orang tersebut juga rusak (tidak baik). Ketahuilah bahwa yang disebut mudghoh itu adalah al-qolb (hati). (Al-Hadist)

Di samping itu di pertegas pula oleh
1.     Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah:

(1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat;
(2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku;
(3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat;
(4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba;   alkohol dan seks bebas;     
(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
(6) menurunnya etos kerja;
(7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
(8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok;
(9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan
(10) adanya rasa saling curiga dan kebencian  antar sesama.

2.     Ajaran budaya kita dalam istilah ” lahir iku utusane bathin ” mengisyaratkan pada dimensi hukum sebab dan akibat, artinya bahwa kualitas lahiriah yang tampak , sangat ditentukan oleh kualitas bathin (Akhlak) –nya.
 Menyimak sebagian nilai-nilai luhur yang ada, yang kita yakini jika kita kelola dengan sunguh-sungguh, akan menjadi figur yang ”menjadi harapan bangsa”. Dengan pernyataan ini, maka dilingkungan pendidikan tentunya tidaklah cukup jika hanya membawa anak bangsa pada posisi “cerdas” dalam aspek intelektualitasnya,  namun masih perlu dilengkapi dengan kecerdasan “Akhlak”. Fakta menunjukkan bahwa suatu bangsa yang para pimpinannya “hanya cerdas dalam aspek inteletualitasnya, namun rendah kualitas akhlaknya”, hanya akan membaa kehancuran bagi bangsa dan negaranya.
 Berbicara mengenai karakter, Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Di sini nilai-nilai perilaku tidak terlepas dari apa yang telah tersimpan dalam memorinya untuk menjadi perilaku sehari-harinya. Dengan demikian keberadaanya bersumber dari aspek bawaan seseorang yang dibawa sejak lahir, di tambah hasil sensor inderawi atas objek lingkungan yang ditanam dalam memorinya.
Dengan demikian dimensi lingkungan termasuk lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan akhlak generasi muda yang nantinya diperlukan bai kemajuan bangsa.
Melalui peran lingkungan sekolah ini, yang konotasinya tidak dapat dilepaskan dari komponen-komponen temasuk keteladanan, dan aplikasi dari interaksi pembelajaran yang di dalamnya tercakup subyek guru – peserta didik – dan materi pembelajaran, dipenuhi dengan upaya menuju nuansa nilai-nilai agama – budi pekerti.
Dalam pelaksanaan sehari-hari, tentunya tidak kita pungkiri, bahwa masing-masing mata pelajaran masih berjalan sendiri-sendiri, dengan lebih menekankan aspek kognitif dan sedikit mengabaikan aspek afektif berupa nilai-nilai agama dan budi pekerti /karakter yang tersirat dalam masing-masing mata pelajaran umum. Demikian pula sebaliknya, mta pelajaran yang bernuansa aspek afektif, seperti Agama – PPKn – dan yang serumpun lainnya, kurang mengkaitakannya dengan nilai-nilai kognitif – psikomotorok.
Akhirnya, melalui moment yang berbahagia ini marilah kita merenungkan kembali tentang pentingnya pembangunan karakter dan mengkarakterkan nilai-nilai agama –budi pekerti kedalam setiap mata pelajaran.
Sekian,  wassalamu’alaikum wr. wb.




==========================







1 komentar:

  1. Casinos near casinos and sportsbooks - MapyRO
    Hotels 1 - 12 of 62 — Looking for casinos near me? 세종특별자치 출장마사지 Mapyro has everything you need to know to 구리 출장마사지 find 군산 출장샵 and find the closest casino 밀양 출장안마 to you! 포천 출장샵

    BalasHapus